Site icon CERITA MUMIFIKASI ONLINE

[Cerita Mumifikasi] Tantangan Mumifikasi Bola : Ujian Ketahanan Ami

[Cerita Mumifikasi] Tantangan Mumifikasi Bola : Ujian Ketahanan Ami

[Cerita Mumifikasi] Tantangan Mumifikasi Bola : Ujian Ketahanan Ami

Di dunia kompetisi ekstrem, hanya mereka yang benar-benar berani yang bisa bertahan. Hari ini, Ami, seorang gadis berusia 21 tahun dengan tubuh mungil setinggi 140 cm, berdiri di atas panggung dengan jantung berdebar. Ia telah mendaftarkan diri dalam tantangan “Human Ball Challenge”, sebuah kompetisi yang menguji daya tahan seseorang saat dibungkus total hingga tak bisa bergerak.

Ami tahu tantangan ini tidak akan mudah, tetapi ia sudah bertekad untuk menyelesaikannya.

Persiapan Awal: Pembungkusan Kepala

Langkah pertama adalah membungkam suara Ami. Seorang panitia datang dengan bola busa berukuran sedang, kemudian berkata, “Buka mulutmu lebar-lebar.”

Ami menurut, dan segera bola busa itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Begitu bola itu berada di dalam, ia mencoba menggigit atau mendorongnya keluar dengan lidah, tetapi bola itu terlalu besar dan pas di dalam rongga mulutnya.

“Sekarang kita pastikan bola ini tidak keluar,” lanjut panitia.

Dalam hitungan detik, gulungan lakban melilit erat di sekitar kepala Ami, mulai dari dagu, melintasi pipi, lalu menutupi bagian belakang kepala. Ia merasakan tarikan kuat saat lapisan lakban semakin bertambah.

“Mmmpphh!!” Ami mencoba bersuara, tetapi hanya suara samar dan teredam yang keluar. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan rahangnya.

Setelah mulutnya tertutup sempurna, masker pernapasan khusus dipasangkan. Selangnya ditarik keluar dari lapisan bungkusan agar Ami tetap bisa bernapas dengan baik. Kemudian, lakban terus melilit seluruh kepalanya, menutup rapat hingga ke dahi dan mata. Kini, Ami benar-benar tidak bisa melihat, berbicara, atau menggerakkan wajahnya sama sekali.

Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Sensasi kehilangan salah satu indra—penglihatan dan suara—membuat adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya.

“Oke, kepala sudah siap. Sekarang waktunya membungkus tubuhmu.”

Lapisan Pertama: Masih Bisa Bergerak

Ami mulai merasakan plastik wrap membungkus tubuhnya dari kaki hingga dada. Sensasinya seperti dipeluk erat, tetapi masih cukup longgar untuk sedikit bergerak. Kemudian, lakban mulai dililitkan di atas plastik wrap, mempererat cengkeraman di tubuhnya.

“Coba gerakkan tangan dan kakimu,” tantang panitia.

Ami mencoba menggerakkan kaki dan tangannya yang masih diikat di sisi tubuhnya. Ia berhasil menggeliat, meski dengan usaha keras.

“Masih bisa bergerak, kan? Tenang, ini baru lapisan pertama,” ujar panitia sambil tertawa kecil.

Lapisan Kedua: Mulai Terkunci

Lakban kembali dililitkan lebih banyak, mempererat cengkeraman di tubuhnya. Kini, Ami merasa dadanya mulai lebih sulit bergerak.

“Sekarang coba lagi,” perintah panitia.

Ami mencoba menggerakkan tubuhnya sekali lagi, tapi kali ini jauh lebih sulit. Lengan dan kakinya masih bisa menggeliat sedikit, tetapi ruang geraknya semakin terbatas. Ia mulai merasakan sensasi dikunci dalam posisi ini.

Lapisan Ketiga: Hanya Bisa Sedikit Bergerak

Plastik wrap tambahan dan lakban semakin memperketat tubuhnya. Lututnya mulai dipaksa merapat ke dada, membentuk posisi fetal yang lebih jelas.

“Ayo, coba berontak lebih keras!” kata seorang panitia.

Ami mencoba menggoyangkan bahunya, tapi hanya getaran kecil yang bisa ia lakukan. Ia mulai berkeringat meskipun ruangan terasa dingin. Napasnya semakin cepat, tetapi masker pernapasan masih berfungsi dengan baik.

Lapisan Keempat: Hampir Tidak Bisa Bergerak

Saat lakban kembali dililitkan di sekujur tubuhnya, Ami mulai panik. Sekarang, setiap upaya gerakan hanya menghasilkan sedikit getaran di dalam bungkusan.

Ia mencoba menggerakkan jari-jari kakinya, tetapi hampir tidak bisa. Dadanya naik turun dengan cepat saat ia menyadari betapa terbatasnya tubuhnya sekarang.

“Tenang, ini tantangan. Kau baik-baik saja,” panitia menenangkan.

Lapisan Kelima: Benar-Benar Tidak Berdaya

Lapisan terakhir akhirnya dipasang. Lakban kini membentuk cangkang keras di sekeliling tubuh Ami, benar-benar mengubahnya menjadi bola manusia yang sempurna.

Ia mencoba untuk memberontak, tetapi tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang bisa bergerak sekarang. Ia hanya bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berpacu lebih cepat di dalam gelap.

“Sekarang kau siap untuk perjalanan!”

Masuk ke Dalam Koper & Perjalanan 2 Jam

Koper besar dibuka, dan dengan hati-hati, tubuh Ami yang kini berbentuk bola dimasukkan ke dalamnya. Saat koper ditutup dan dikunci, Ami merasakan dirinya benar-benar terperangkap dalam ruang sempit dan gelap.

Koper mulai bergerak. Ia bisa merasakan guncangan dari roda yang melewati permukaan jalan. Setiap getaran kecil terasa besar karena tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun.

Selama dua jam perjalanan, Ami hanya bisa mendengar suara luar samar-samar dan merasakan sensasi terombang-ambing dalam koper.

Ia mencoba tetap tenang, mengatur napas melalui masker.

Pengumuman Pemenang & Cerita Ami

Setelah perjalanan panjang, koper akhirnya dibuka. Udara segar langsung menyentuh kulitnya saat lakban mulai dipotong. Begitu ia dibebaskan, Ami terengah-engah, tetapi wajahnya menunjukkan ekspresi puas.

Sorakan bergema saat pembawa acara mengumumkan, “Pemenangnya adalah… AMI!!”

Juri menyerahkan mikrofon dan bertanya, “Ceritakan bagaimana rasanya!”

Ami menarik napas panjang dan tersenyum. “Itu adalah pengalaman paling menegangkan yang pernah kualami! Setiap lapisan membuatku semakin tidak berdaya, sampai akhirnya aku benar-benar terkunci dalam posisi bola. Ketika koper bergerak, aku hanya bisa merasakan guncangan dan tidak bisa melakukan apa pun. Itu adalah perasaan yang luar biasa, antara panik dan tantangan mental yang hebat!”

Penonton bertepuk tangan, mengagumi keberaniannya. Ami tahu bahwa ia telah menaklukkan tantangan ini. Ia mungkin mungil, tetapi hari ini ia adalah seorang juara sejati.

Exit mobile version