Ami adalah gadis yang selalu haus akan pengalaman baru. Ketika dia pertama kali mendengar tentang fetish mumi—perasaan kehilangan kendali, pembatasan gerakan, dan sensasi sensorik yang intens—dia merasa tertarik. Maka, ketika sebuah acara Halloween menawarkan bayaran 500 ribu per jam untuk menjadi pajangan mumi, dia langsung menyetujuinya tanpa berpikir panjang.
Pagi Halloween
Dengan penuh semangat, Ami tiba di lokasi acara. Dia dibawa ke ruang persiapan oleh seorang pria bertopeng yang hanya menyebut dirinya sebagai “panitia.” Tanpa banyak bicara, mereka memberinya pakaian renang berwarna hitam.
“Pakai ini, supaya nyaman,” kata panitia itu.
Ami menurut. Setelah berganti pakaian, dia berdiri di tengah ruangan, menunggu instruksi berikutnya. Beberapa orang panitia mendekat, membawa gulungan lakban hitam tebal.
“Sekarang, jangan banyak bergerak,” ujar salah satu panitia.
Lapisan Pertama: Pengikatan Dasar
Mereka mulai dari kakinya, membungkus perlahan tetapi erat. Sensasi ketatnya lakban membuat jantung Ami berdegup lebih cepat. Lapisan pertama terus merayap ke atas, melilit pinggangnya, lalu dadanya, dan akhirnya mencapai lehernya. Tangannya sudah terbungkus di sepanjang tubuhnya, membuatnya sepenuhnya tidak berdaya. Namun, dia masih bisa sedikit bergerak dan bernapas dengan leluasa.
Lapisan Kedua: Penguncian Posisi
Setelah tubuhnya benar-benar kaku dalam lilitan lakban, panitia mengangkatnya dan mendirikan tubuhnya di sebuah tiang besi. Ami merasakan dinginnya logam di punggungnya.
“Sekarang kita buat kamu benar-benar menyatu dengan tiang,” bisik seseorang di dekat telinganya.
Lakban kembali ditarik dari ujung kepala hingga kaki, semakin menekan tubuhnya ke tiang. Dia kini tidak hanya terjebak dalam lilitan, tetapi juga terhimpit tanpa celah antara dirinya dan besi di belakangnya. Sekarang, ia benar-benar tidak bisa bergerak selain sedikit menggerakkan jari-jari kakinya.
Lapisan Ketiga: Membatasi Sensorik
Sensasi dingin mulai berkurang seiring dengan tubuhnya yang semakin terbungkus. Kini, mereka mulai membungkus kepalanya, menyisakan hanya celah kecil di mulut dan hidungnya untuk bernapas. Pandangannya perlahan menghilang, digantikan oleh kegelapan pekat. Sekarang, ia hanya bisa mendengar suara di sekelilingnya tanpa bisa melihat apa pun.
Lapisan Keempat: Menghilangkan Suara
Mereka memasukkan selang kecil ke dalam mulutnya, lalu lakban kembali melapisi wajahnya sepenuhnya. Kini, hanya selang tipis yang menjulur dari bibirnya, menjadi satu-satunya jalan napasnya. Jantungnya berdebar kencang. Sensasi kehilangan kendali mulai benar-benar terasa. Ia mencoba mengeluarkan suara, tetapi hanya ada desahan kecil yang teredam oleh lapisan yang begitu rapat.
Lapisan Kelima: Penyegelan Total
Sebagai sentuhan akhir, panitia menambahkan lagi dua lapisan lakban hitam yang membuat tubuh Ami sepenuhnya tak bergerak. Tidak ada ruang tersisa untuk bergerak sedikit pun. Suara dari luar semakin meredam, tubuhnya terasa seperti tenggelam dalam keheningan dan tekanan konstan.
Menjadi Pajangan Hidup
Ketika akhirnya Ami dibawa keluar ke tengah ruangan pesta, dia bisa mendengar suara riuh tawa dan musik Halloween yang menggema di sekelilingnya. Namun, dia tidak bisa melihat apa pun. Dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa berdiri kaku, napasnya tersalur melalui selang kecil, dengan tubuh sepenuhnya tertelan dalam kepekatan lakban hitam.
Beberapa orang mendekatinya, tertawa, berkomentar tentang betapa nyata pajangan “mumi” ini. Ada yang mengetuk tubuhnya, ada pula yang mencoba mengusik selang napasnya. Ami ingin berteriak, tetapi suara yang keluar hanyalah desahan tak berarti yang teredam oleh berlapis-lapis penutup.
Waktu terasa berjalan sangat lambat. Keringatnya mengalir di dalam penjara plastik ini. Dadanya naik turun dalam usaha bernapas yang semakin lama semakin berat. Sensasi kehilangan kendali kini berubah menjadi sesuatu yang lebih mengerikan. Apa yang terjadi jika panitia lupa membukanya? Bagaimana jika selang ini tersumbat?
Dia mencoba tetap tenang, tetapi pikirannya terus dihantui oleh kemungkinan terburuk.
Akhir dari Kegelapan
Setelah apa yang terasa seperti keabadian, suara langkah mendekatinya. Seseorang mulai memotong lapisan lakban. Udara dingin langsung menyentuh kulitnya yang basah oleh keringat. Saat selang napas ditarik, Ami terbatuk, paru-parunya akhirnya bisa menarik udara bebas.
Begitu lapisan terakhir dibuka, tubuhnya terasa lemas. Lututnya hampir tidak bisa menahan berat badannya sendiri.
Panitia tersenyum dan menyerahkan amplop tebal berisi bayaran yang dijanjikan. “Kamu luar biasa,” ujarnya.
Ami hanya diam, masih berusaha memproses apa yang baru saja dia alami.
Saat dia berjalan keluar dari tempat itu, malam Halloween terasa lebih dingin dari biasanya. Dia mendapatkan apa yang dia cari—pengalaman kehilangan kendali yang nyata. Namun, jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah petualangan yang tidak akan dia ulangi lagi.